Pernah suatu kali saya
berkesempatan untuk berkunjung ke pulau Bali, pulau dewata yang sangat
indah. Pulau bali menawarkan begitu
banyak pesona, baik dalam hal keindahan alam, terutama pantainya, maupun dalam hal keaslian tradisi budaya yang
masih sangat kental di masyarakatnya.
Saat itu saya sempat menyaksikan upacara adat
pembakaran mayat atau yang biasa disebut dengan istilah “ngaben”.
Tubuh jenasah diletakan di
atas mezbah yang terbuat dari kayu dan kemudian dibakar sampai jasadnya menjadi
abu. Setelah itu barulah abu jenasah di
pisahkan dari abu sisa pembakaran kayu & mezbah. Pada umumnya abu hasil pembakaran manusia
akan berwarna lebih cerah dibandingkan abu hasil pembakaran kayu.
Saya jadi teringat
kebenaran Firman Tuhan mengenai korban bakaran. Dahulu bangsa Israel mempersembahkan kepada
TUHAN korban bakaran berupa domba, lembu, atau hewan dan barang lainnya seperti
yang tertulis dalam kitab Imamat ,
sebagai korban penebusan dosa setiap kali bangsa itu melakukan dosa.
Yesus Kristus pun
mengajarkan satu teladan bagi kita mengenai korban persembahan, bahwa Ia yang
adalah Anak Allah telah mengorbankan dirinya sebagai persembahan yang hidup
untuk penebusan dosa manusia.
Kristus tidak hanya
menginginkan korban persembahan yang mati, seperti perpuluhan dan persembahan
lainnya, tapi lebih dari itu Kristus menginginkan korban yang hidup, yaitu
hidup kita, waktu kita untuk melayaniNya dalam segala hal yang telah Tuhan
percayakan diberikanNya kepada kita.
Seperti halnya korban yang
habis terbakar di mezbah pembakaran berapi, maka demikian pula halnya diri
kita, saat kita mempersembahkan diri kita sebagai persembahan yang hidup bagi
Allah.
Kadang kala kita merasa
kita sudah mempersembahkan waktu kita dan hidup kita untuk pelayanan bagi
Tuhan, dan menjalankan perintah Tuhan dengan taat, tapi keadaan yang menimpa hidup kita tidak
menjadi lebih baik, bahkan semakin buruk.
Semakin kita setia pada
Allah, semakin “hangus” dan “habis” hidup kita karena percobaan hidup.
Namun memang seperti halnya
abu jenasah yang dipisahkan dari abu sisa pembakaran mezah kayu, maka demikian
pula halnya hidup kita, saat semua hidup kita persembahkan kepada Allah, maka
kedagingan kita akan menjadi “habis” dan tidak tersisa lagi, dan kita akan terpisah dari kehidupan
kedangingan kita. Allah akan memisahkan kita menjadi suatu bagian yang
dikuduskan bagi kemuliaan Nya.
Kita akan menjadi terpisah
dari dunia ini, dan menjadi suatu pribadi baru yang seturut dengan kehendak
Allah.
Kudus dapat berarti,
dipisahkan dari kelompoknya untuk menjadi milik Allah. Demikianlah hidup kita, saat kita
mempersembahkan hidup kita kepada Allah,
kita akan menjalani proses pengudusan agar hidup kita sepenuhnya menjadi
milik Allah.
Orang akan segera mengenali
pribadi kita yang telah dikuduskan oleh Allah, karena hidup kita akan lebih
cerah dan lebih baik dibandingkan kehidupan kita dahulu sebelum dikuduskan oleh
Allah.
Selamat menjalani hidup
yang kudus sebagai korban yang hidup bagi Allah. Amin
Tuhan Yesus memberkati kita
semua.
ANS
Comments