Pernah satu kali saya
mendengar kata – kata bijak “… satu – satunya hal yang harus
kita ingat seumur hidup kita adalah kebohongan kita…”. Kata – kata itu keluar dari mulut salah
seorang teman saya. Menurut saya kata –
kata itu cukup bijak dan memang ada benarnya juga.
Dalam hidup ini entah
dengan sadar ataupun tanpa sadar kita seringkali berbohong, mengucapkan sesuatu
dengan tidak jujur, baik itu dengan sengaja maupun tanpa sengaja. Kebohongan menjadi suatu hal yang biasa kita
temui dalam kehidupan ini.
Dunia yang kita jalani saat
ini menuntut begitu banyak kebutuhan untuk dipenuhi, baik dalam hal waktu, uang
dan banyak hal lainnya. Kadang tanpa
sadar untuk memenuhi tuntutan itu kita tanpa sadar ataupun sadar “terpaksa”
harus melakukan suatu kebohongan.
Keterbatasan segala keadaan
yang ada pada kita seringkali menjadi suatu alasan bagi kita untuk melakukan
suatu ketidak jujuran. Kita menjadi
kompromi dengan keadaan dan menerima dengan sadar segala bentuk ketidak jujuran
tersebut.
Saya teringat kisah salah
seorang sahabat saya, yang menjalin hubungan asmara dengan seorang wanita dari
agama seberang. Sejak semula hubungan
mereka mendapatkan pertentangan baik dari pihak orang tua sang wanita, namun
pasangan ini bersikeras mempertahankan hubungan mereka sehingga tanpa sadar
hubungan ini mereka jalani selama hampir 8 tahun.
Tiba akhirnya bagi mereka
untuk menyelesaikan masalah ini, dan karena hubungan yang telah terjalin sudah
menjadi terlalu “jauh” , maka akhirnya sahabat saya ini memilih untuk berbohong
kepada orang tua pihak wanita dan mengakui keimanan sebagaimana yang dijalani
oleh keluarga pihak wanita.
Dalam hal ini saya tidak
berani menghakimi, karena bukan hak saya untuk menghakimi, namun
sahabat saya ini mengakui kalau kebohongan hidup yang sedang
dijalaninya. Jika di Surabaya sahabat
saya beribadah ke gereja bersama – sama dengan saya, namun jika sedang berkunjung ke rumah orang
tua dari pihak wanita, maka ia harus menjalani ibadah menurut keimanan keluarga
pihak wanita.
Selama satu tahun menjalani
pernikahannya, sahabat saya secara jujur menceritakan kehidupan pernikahan yang
dijalaninya dengan kebohongan dan ketidak jujuran. Dalam pandangan saya, hidup itu suatu pilihan dan hidup yang
dijalani nya adalah juga merupakan pilihan hidup yang telah dipilihnya, apakah
akan tetap hidup dalam ketidak jujuran atau mengakhiri kebohongan tersebut dan
hidup dengan segala resiko dari kejujuran yang dipilihnya.
Kisah hidup sahabat saya
ini hanyalah sebagaian kecil dari contoh kisah ketidak jujuran yang dihadapi
dan dijalani oleh manusia. Mungkin masih
banyak kisah kebohongan yang kita jalani dan sedang dalam pergumulan kita dan
kisah ini bisa menjadi suatu pelajaran dan peringatan berharga bagi kita semua.
Firman Allah secara tegas
mengajarkan kita untuk menjaga kekudusan hidup kita, baik dalam hal tindakan,
pikiran maupun perkataan.
Namun memang menjalani
hidup dengan kejujuran bukanlah perkara yang mudah, seringkali keadaan “memaksa” kita untuk
bersikap tidak jujur. Kita tidak menjadi
putih ataupun hitam, kita menjadi berada
di area abu – abu, suatu zona nyaman yang tidak jelas keberadaannya.
Allah dengan jelas
mengajarkan manusia untuk tidak berbohong, ingat hukum sepuluh perintah Allah,
mengatakan dengan jelas “Jangan berdusta..”
jadi kebohongan adalah jelas
suatu kekejian di mata Allah.
Seberapapun sulitnya hidup,
ingatlah selalu untuk menjaga kekudusan hati, pikiran, perkataan dan tindakan
kita, maka Allah senantiasa akan memberikan kekuatan bagi kita dalam menjalani
hidup dengan penuh kekudusan.
Selamat menjalani hidup
jujur dan kudus bagi Allah, Amin
Tuhan Yesus memberkati kita
semua.
ANS
Comments