Yohanes 5 ayat 1 – 17
berkisah tentang salah satu bagian dari kehidupan Yesus, dimana Yesus menyembuhkan seorang yang sakit dan
lumpuh di serambi Bait Allah pada saat hari raya Pentakosta.
Kota Yerusalem memiliki 12
pintu gerbang, salah satunya adalah pintu gerbang domba. Setiap orang yang akan masuk ke kota Yerusalem
harus melalui salah satu dari 12 pintu gerbang yang ada, termasuk pintu gerbang
domba tersebut. Disebut pintu gerbang
domba, karena letaknya dekat kandang domba.
Bait Allah, terletak di
sebelah kiri dari pintu gerbang domba, sedangkan kolam Betesda dan serambinya
terletak di sebelah kanan dari pintu gerbang domba. Letak serambi ini sebenarnya agak berliku dan
tidak terlihat dari pintu gerbang domba.
Di serambi inilah banyak
terdapat orang sakit berkumpul untuk menantikan muzizat yang terjadi di kolam
Betesda. Tiap orang sakit menanti,
karena setahun sekali malaikat Allah turun dan mengguncangkan kolam Betesda,
dan setiap orang yang sakit apapun juga, jika ia pertama kali turun ke kolam
Betesda sesudah guncangan malaikat tersebut, maka sakit apapun yang dideritanya
menjadi sembuh.
Pada saat itu seperti
halnya semua orang Israel yang akan memperingati hari Pentakosta berjalan
melalui pintu gerbang domba untuk menuju ke Bait Allah, namun ternyata Tuhan Yesus tidak langsung
menuju ke bait Allah, melainkan mengunjungi dan melihat orang – orang sakit
yang ada di serambi tersebut.
Secara logika tidak pernah
ada orang yang mau menuju ke serambi tersebut, karena hanya berisi pemandangan
orang – orang sakit, namun Yesus perduli dan mengasihi orang – orang tersebut
dengan menghampiri mereka.
Yesus tidak pernah
melewatkan orang – orang sakit yang membutuhkan uluran tangan Nya.
Orang – orang sakit di
serambi itu antara lain orang buta, orang timpang dan orang lumpuh. Orang sakit ini sebenarnya gambaran kehidupan
kita di dunia ini,
- kita dapat disamakan dengan orang buta, karena kita tidak mengetahui masa depan kita, kita buta akan masa depan kita.
- Kita disamakan dengan orang timpang, karena kita penuh dengan ketidak sempurnaan dan dosa, sehingga kita menjadi timpang secara rohani.
- Dan kita disamakan dengan orang lumpuh, karena kita tak berdaya saat pencobaan itu datang menyerang kita.
Kehidupan kita di luar
Allah seperti orang sakit yang tak berdaya yang membutuhkan uluran tangan dan
berharap mendapatkan belas kasihan dari orang lain.
Yesus penuh dengan belas
kasihan dan menghampiri orang yang telah sakit selama 38 tahun. Secara logika orang sakit ini sudah
kehilangan pengharapan untuk sembuh, karena begitu lamanya ia sakit. Namun Tuhan datang dan memberikan pengharapan
baru kepadanya.
Saat
ditanya, orang sakit tersebut mengatakan dengan jelas bahwa ia sudah kehilangan
harapannya untuk sembuh, terlihat dari ayat 6 – 7,
5:6 Ketika Yesus melihat
orang itu berbaring di situ dan karena Ia tahu, bahwa ia telah lama dalam
keadaan itu, berkatalah Ia kepadanya: "Maukah engkau sembuh?"
5:7 Jawab orang sakit itu
kepada-Nya: "Tuhan, tidak ada orang yang menurunkan aku ke dalam kolam itu
apabila airnya mulai goncang, dan sementara aku menuju ke kolam itu, orang lain
sudah turun mendahului aku."
Yesus begitu memahami
keputusasaan orang sakit tersebut, karenannya Tuhan Yesus menjawab :
“Bangunlah… “,
5:8 Kata Yesus kepadanya:
"Bangunlah, angkatlah tilammu dan berjalanlah."
dalam bahasa Yunani aslinya
kata bangunlah menggunakan kata “ Igere”
yang berarti bangkit dan berjalan menuju suatu hal yang dicita-citakan.
Yesus tidak menjawab secara
duniawi, melainkan dengan roh kudus, jawaban yang diucapkan Tuhan Yesus, tidak
hanya sekedar menjawab, melainkan memberikan semangat baru dan pengharapan yang
baru.
Selanjutnya Tuhan Yesus
berkata :”angkatlah tilammu dan berjalanlah ..”
Dalam bahasa Yunani aslinya
menggunakan kata “aarron krabaton” yang
berarti mengangkat hadirat Allah.
Tuhan Yesus mengajarkan
bahwa saat kita menghadapi suatu masalah dan percobaan yang begitu menekan
kita, maka kita harus bangkit dan terus maju
berjalan menuju cita – cita dan harapan kita , sambil mengangkat hadirat
Allah dalam hidup kita
Terkadang kita begitu focus
pada masalah kita, sehingga kita menjadi tidak focus pada Allah yang sebenarnya
lebih besar dari masalah kita, dan sanggup memberikan penyelesaian untuk setiap
masalah kita. Tuhan mau kita tetap focus
pada Nya dan bukan pada masalah kita, karena Ia adalah Allah yang sanggup menyelesaikan
segala perkara.
Dan pada saat kita percaya
dan mengangkat hadirat Allah dalam kehidupan kita, maka muzizat pasti terjadi
dalam kehidupan kita.
5:9 Dan pada saat itu juga
sembuhlah orang itu lalu ia mengangkat tilamnya dan berjalan. ….
Semoga menjalani hidup
dalam hadirat Allah, dan mengalami muzizat Allah dalam kehidupan kita. Amin
Tuhan Yesus memberkati kita
semua.
ANS
(
disarikan dari Pdt. KAM. Jusuf Rony, Bethany Nginden, Surabaya )
Comments